Setelah 31 hari berturut-turut menulis di gelaran #31HariMenulis, blog ini berhenti lagi. Menciptakan kebiasaan adalah satu hal, tapi meneruskan kebiasaan ternyata hal yang lain. Oleh karena itu, di bulan Agustus yang indah ini, saya kembali mencoba peruntungan dengan menulis rutin 31 hari kedepan.
Tema bulan ini adalah Digital Marketing Insight. Sudah banyak orang di luar sana yang memberikan tutorial atau langkah-langkah digital marketing. Jadi tulisan sebulan kedepan akan lebih fokus ke konsep dan aplikasinya, apa yang works, apa yang nggak works, dan apa learningnya. Lebih simpel dan ringkas, tapi semoga tidak mengurangi maknanya. Kalau ada masukan, silakan comment aja ya. Mari kita mulai di hari pertama ini, membahas tentang mobile first – mobile only.
Coba kita lihat sekeliling, gimana nempelnya handphone dengan tangan kita. Lagi makan, lagi ngantri, lagi di toilet, lagi olahraga, lagi mau bayar makanan, lagi meeting, semua pegang handphone. Kalau menurut WeAreSocial di laporan Digital 2020, nomor HP yang terdaftar 124% dari jumlah penduduk Indonesia. Jadi memang HP sudah jadi separuh jiwa kita.
Karena banyaknya akses media digital lewat HP, Facebook membuat konsep Mobile First, sementara Google tahun 2018 memperkenalkan konsep Mobile Only. Bukan cuma mendahulukan, tapi harus mengutamakan semua aset digital kita untuk diakses secara bagus dan cepat lewat mobile.
Masalahnya, kita sebagai marketer, suka terlalu nyaman dengan desktop. Kita mendesain website, mengedit video, membuat konten social media di laptop yang layarnya besar, di ruangan kerja yang nyaman dan teduh. Kita suka lupa, bahwa orang-orang akan mengakses aset digital kita di mobil, di transportasi umum yang bergoyang, atau di toilet. Jadinya kalau di posting socmed tulisannya kecil-kecil, videonya nggak straight to the point, dan websitenya nggak responsive, akhirnya ditinggal sama orang-orang.
Cara ngeceknya gimana apakah ini sudah mobile first / mobile only atau belum? Kadang kita sebagai yang bikin punya bias sudut pandang. Coba share ini ke orang sekantor / teman kita yang lain via WA. Apa respon mereka? Revisi sampai mereka sampai paham.
Contoh 1.
Kebaca nggak?
Contoh 2.
Website masih versi desktop yang di mobile-kan.
Kesimpulannya, setiap kali bikin apapun untuk aset digital kita, selalu coba berempati terhadap yang akan menikmati kontennya lewat layar HP mereka. Kalau experience mereka bagus, maka konten kita juga akan diserap lebih baik. Selamat mencoba.