Dikejar Iklan

Tulisan kedua puluh empat dalam rangka 31 Hari Menulis.
Iklan dulu rasanya lebih pasif. Kalau kita nonton TV, dia nyempil. Kita lagi di jalan, dia berdiri di pinggir jalan tol. Kita dengerin radio, dia ada abis lagu.
Tapi sekarang, tidak lagi. Di digital ini, rasanya iklan lebih agresif. Saya ngobrol dengan istri di hari kedua lebaran ini tentang rumah. Eh muncul itu semua iklan tentang rumah. Mungkin para pembaca #KelasPakAndin yang budiman juga terlalu sering mendapat “kebetulan” ini. Baru aja ngetik sesuatu di WA atau ngomong di kehidupan nyata, tiba-tiba muncul iklannya. Dan nggak sedikit yang bilang kalau mereka ikut kelas digital marketing part time di Purwadhika karena iklannya tiba-tiba muncul.
Kita sendiri kadang dilema. Di satu sisi, sebagai marketer, kita ingin memborbardir orang dengan iklan. Di sisi lain, sebagai konsumen di waktu yang bersamaan, kita juga terganggu dengan agresifnya iklan-iklan ini. Jadi, kadang kita harus menempatkan diri sebagai marketer dan konsumen sekaligus. Boleh beriklan, tapi bijak.
Aturan dasarnya iklan sederhana :
- Tahu siapa profil orang yang dituju
Dari segi demografi : umur dan jenis kelamin
Dari segi geografi : lokasi dia tinggal atau beraktivitas
Dari segi psikografi : kesukaan dia, gadgetnya, interest lainnya - Tahu media atau platform apa yang tepat
Facebook Ads dan Instagram Ads, satu keluarga
Adwords (SEM), Display (GDN), YouTube Ads, satu keluarga - Tahu materi yang sesuai untuk target audiens tersebut
Gambarnya pakai foto, tulisan, video atau yang lain - Punya budget yang sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Minimal Rp 20.000 / hari. Bisa dihitung sesuai CPC / CPM / CPA yang diharapkan.
Misal, kita mau jualan hijab. Berarti :
- Buat ibu-ibu umur 35-50 tahun yang ada di kota kelas 1 dan 2. Sukanya nonton Indosiar. HP nya 1-2 jutaan.
- Mereka mainnya di Facebook sama Instagram (bukan SEM dan GDN)
- Coba materinya tutorial hijab sambil dikasih tips pemakaian sehari-hari
- Coba minimal dulu Rp 20.000 / hari, berarti Rp 600.000 bulan. Dengan target 60 orang yang menghubungi via WA.
Atau contoh lain. Kita mau jualan rumah :
- Untuk bapak-bapak muda usia 25-35 tahun yang kerja di Jakarta. Sukanya nonton Trans TV. HP nya 3 jutaan lah kira-kira.
- Mereka kalau butuh rumah nyari di Google. Berarti kita pakai SEM dengan keyword : “rumah subsidi jabodetabek”
- Materinya tulisan aja, tapi spesifik :
“Saatnya mandiri dengan lulus dari rumah mertua. Dapatkan rumah idaman dengan DP cuma 10 juta. Akses mudah. Pesan sekarang. - Budget bisa diatur minimal dulu Rp 1.000.000 per bulan, sambil melihat jumlah klik dan leads yang masuk ke website.
Biasanya iklan yang kita jalankan akan masuk ke masa learning dalam waktu 3-4 hari. Setelah seminggu, kita bisa evaluasi apakah hasilnya sudah bagus atau belum. Opsinya kembali ke 4 poin diatas :
- Apakah targetnya tidak sesuai?
- Apakah tempatnya tidak tepat?
- Apakah materinya tidak menarik?
- Apakah hasil dari budgetnya tidak sesuai?
Coba dicek hasilnya :
- Berapa persen CTR (click through rate) atau (Click dibagi Impressions) x 100
- Berapa persen CVR (conversion rate) atau (Konversi dibagi click) x 100
- Berapa CPM (Cost Per Mille)?
- Berapa CPC (Cost Per Click)?
- Berapa CPA (Cost Per Acquisition)?
Idealnya, sekali jalan kita punya beberapa variasi iklan, sehingga kita tahu dari semua yang jalan yang mana yang lebih efektif daripada yang lain. Bandingkan satu iklan dengan iklan yang lain, satu segmen dengan segmen yang lain, dan waktu sekarang dengan waktu yang kemarin.
Baiklah, sekian dulu #KelasPakAndin malam ini. Yuk kita istirahat. Besok sudah masuk kerja lagi. Tetap semangat!