Tulisan kesepuluh dalam rangka 31 Hari Menulis.

Salah satu keunggulan digital marketing dibandingkan dengan marketing konvensional adalah measurable, bisa diukur segala variabelnya. Dilihat berapa kali, diklik berapa kali, direspon berapa kali, dan berapa persen pertumbuhannya dari waktu ke waktu.

Kalau di media konvensional, kita cuma punya pengukuran kira-kira yang disediakan sama provider channelnya, misal di TV, dilihat kira-kira berapa orang berdasarkan rating. Kalau di surat kabar, kita tahunya dicetak berapa eksemplar. Kalau di billboard, kira-kira ada berapa mobil yang lewat di jalan itu.

Tapi meskipun kita bisa mengukur performance di digital marketing, salah satunya social media, nggak banyak juga yang melakukannya. Kebanyakan cuma postang-posting aja, tanpa melihat apakah postingannya dapat engagement bagus atau tidak, followernya naik atau malah di unfollow, dan apakah ini berkontribusi ke bisnis atau nggak.

Jadi, apa saja yang harus diukur? Ada 5 pengukuran social media paling dasar yang biasa dilakukan di Indonesia :

  1. Followers Growth
    Kenaikan follower selama 1 bulan sebanyak berapa persen.
    Rumusnya :
    ((Follower Akhir Bulan – Follower Awal Bulan) / Follower Awal Bulan)) * 100

    Misalnya,
    Diketahui :
    Follower 1 Mei = 10.000
    Follower 31 Mei = 12.000

    Ditanyakan :
    Berapa % kenaikan followernya?

    Dijawab :
    = ((12.000-10.000) / 10.000) * 100
    = (2.000 / 10.000) * 100
    = 0,2 * 100
    = 20%

    Best Practice :
    Bandingkan persentase bulan ini per channel dibandingkan dengan :
    – Persentase growth bulan lalu
    – Persentase growth kompetitor

  2. Engagement Rate
    Posting kita direspon seberapa banyak orang dibandingkan follower kita.
    Rumusnya :
    ((Likes + Comment + Share) / Follower) * 100

    Misalnya,
    Diketahui :
    Total Engagement (Likes + Comment + Share) = 300
    Follower = 10.000

    Ditanyakan :
    Berapa persen engagement ratenya ?

    Dijawab :
    = (300/10.000) * 100
    = 0,03 * 100
    = 3%

    Best pratice :
    – Bandingkan engagement rate semua post, lalu di rata-rata untuk dapat engagement rate akun secara keseluruhan.
    – Bandingkan engagement rate beberapa kompetitor
    – Bandingkan engagement rate bulan ini vs bulan lalu

  3. Top Post & Worst Post
    Dari semua posting kita sebulan, orang-orang paling suka posting yang mana sih? Dan posting mana yang paling jelek responnya?

    Rumus :
    Bandingkan engagement rate dari semua posting.
    Yang tertinggi berarti Top Post
    Yang terendah berarti Worst Post.

    Hasil learning dari posting yang bagus dan nggak bagus, bisa jadi strategi untuk bulan selanjutnya.

  4. Sentiment
    Comment netizen kebanyakan sentimennya positif / netral / negatif?
    Kalau pakai tools Social Media Listening seperti Mediawave / Sonar / Nolimit, bisa langsung keluar persentasenya.

    Kalau mau coba sendiri, silakan di ambil sampel misal 100 comment, terus dipisah-pisah yang memuji, tidak setuju, dan biasa aja. Muncullah seperti ini:

    Total Percakapan = 1.200 percakapan / komentar
    Positif : 12%
    Netral : 68%
    Negatif : 20%

    Kalau komentar netizen negatif, jangan didiemin aja ya teman-teman. Coba tanyakan apa yang membuat mereka tidak nyaman, sebisa mungkin di ajak ngobrol, dan diberikan solusinya.

  5. Top Issue / FAQ
    Apa topik yang paling sering ditanyakan dan dibahas orang di website kita.
    Misal kita jualan makanan nih, ternyata orang-orang paling sering tanya tentang :

    – Awet berapa lama : 230 pertanyaan
    – Ongkir berapa : 61 pertanyaan
    – Dibuat dari bahan apa : 27 pertanyaan
    – Dst

    Dari top issue ini, kita jadi tahu concern utama dari target audiens apa, dan biar nggak berulang-ulang ditanyakan, kita bisa bikin Instagram Story Highlight tentang FAQ atau kita bikinin postingan langsung.

  6. Click To Web / DM / WA
    Social media agak susah untuk jadi tempat konversi. Biasanya dari social media harus dilanjutkan lagi ke website, DM atau WhatsApp buat tanya-tanya. Nah ini juga nih yang harus kita lihat. Apakah mereka tertarik untuk masuk ke tahap selanjutnya, atau cuma bertahan di social media aja.

    Cara ngukurnya adalah dengan melihat di Google Analytics, seberapa banyak orang yang datang dari Social. Atau bisa juga kita pasangin UTM biar lebih jelas juga apakah mereka datang dari tiap channel :  FB / Twitter / Instagram / YouTube / LinkedIn.

Ternyata social media bukan cuma tentang tulis-menulis dan desain-mendesain ya. Ada juga hitung-menghitung. Padahal tujuan saya kuliah di Ilmu Komunikasi dulu biar nggak usah repot itung-itungan. Eh ternyata, ketemu lagi sama matematika begini. Yaudah lah ya.

Selamat menikmati sisa hari Minggu.

Leave A Comment