Tulisan kesebelas dalam rangka 31 Hari Menulis.

Sepanjang jadi admin social media Swaragama FM dari tahun 2011 sampai jadi manager digital media di tahun 2015-2016 (yang tetep masih ngadmin juga), semua hasil konten adalah murni hasil coba-coba. Dicoba begini, nggak works. Diganti begitu, oke ini works. Secara ototidak saya menemukan bahwa kontennya berarti harus menarik. Konsep menarik ini juga abstrak, pokoknya yang kayak gitu lah, susah untuk dijelaskan.

Waktu itu acuan konten (yang kemudian baru tahu kalau namanya adalah content pillar) buat Swaragama FM adalah :

  • Informasi seputar kota Jogja
  • Informasi seputar anak muda kota Jogja
  • Informasi seputar musik dan film
  • Informasi seputar gaya hidup

Pokoknya nyambung dengan target audiens, bisa memberikan manfaat kepada yang baca, dan seru buat dibaca. Jadi yang baca akan bilang, “Wah apa nih” atau “Oooo. Gitu to”.

Beberapa tahun kemudian, baca-baca artikel soal kedatangan Gary Vee ke Indonesia, dia bilang bahwa ternyata konten yang bagus itu pilihannya cuma dua. Informative atau Entertaining.

During his speech in Jakarta, Vaynerchuk encouraged people to generate content, either entertainment or information, to grow and build audiences. He also criticized people who want fast results and get caught up by how many people like their Instagram posts. “You’re not in the business of getting likes on Instagram, your business [is] to create awareness of whatever you want,” Vaynerchuk said.

Sumber : https://www.thejakartapost.com/life/2019/03/10/public-speaker-gary-vaynerchuk-talks-about-failure-and-social-media.html

 

He spends his days at VaynerMedia analyzing old Youtube videos, following my Twitter feed, and re-reading my Instagram copy to understand how I think and feel. Once he finds something good, we work together to expand each concept in order to create an engaging, entertaining and informative piece.

Sumber : https://medium.com/@garyvee/how-i-we-write-articles-43a6ab2d0a67

Ternyata hasil coba-coba kemarin itu ada teorinya. Konten yang engaging itu pilihannya dua. Apakah memang dia bisa kasih informasi yang baru ke pembacanya, atau bikin pembacanya terhibur. Jadi cukup masuk akal kenapa orang banyak follow media, akun per expertise seperti Jouska dan akun receh.

Akhirnya saya coba bikin panduan untuk tim social media, 3 lingkaran utama ini harus ada dalam setiap kali bikin konten. Ditambahin satu lingkaran dari penjelasan Gary Vee diatas.

Dengan konsep ini, nggak ada lagi posting yang bilang :

Halo Selamat Pagi! Semangat ya hari ini.

Karena posting ini tidak termasuk ke informatif, emosional ataupun interactive. Bermanfaat juga nggak, lucu juga nggak. Coba kalau diedit sedikit, kita pakai sudut pandang emosional, heart-warming.

Untuk yang lagi #DiRumahAja dan nggak bisa pulang, kalau kamu mau menghubungi Ibumu hari ini untuk menyapanya, kamu mau bilang apa?

Momentumnya dapat. Isunya relevan. Orang juga tergerak hatinya untuk minimal likes dan comment.

Coba lagi ya. Dengan grafik diatas, berarti udah nggak boleh kita posting begini sebagai akun social media sebuah supermarket :

Bu, banyak makan daging dan sayur itu menyehatkan lho. Yuk beli”

Si Ibu yang baca ini bakal bilang, ya udah tahu, keles.
Coba kita ubah jadi kayak gini.

Bu, mumpung lagi kumpul #DiRumahAja nih, masak enak yuk buat anak sama suami. Kayaknya masak sop iga enak nih Bu buat buka puasa. Kuahnya kental, gurih, dagingnya empuk. Wah mantap Bu. Ini saya kasih resepnya ya.
[insert resep here]
Nah kebetulan, lagi promo nih Bu, bisa diantar ke rumah. WA aja disini ya Bu.”

Jadi dengan pendekatan ini, Ibu-Ibu akan lebih sayang sama miminnya karena nggak sekedar jualan, tapi memberikan manfaat berupa informasi resep. Jadi para Ibu nggak usah repot-repot nyatetin resep di TV kayak jaman Bu Sisca Soewitomo di acara Aroma Indosiar tahun 1997.

Nah segitu dulu ya kelas hari ini.
Yuk kita bikin konten engaging. Tetap semangat puasanya!

4 Comments

  • hendi

    Wah akhirnya ku menemukan jawaban, kenapa saat ini bangun engagement sosmed gak seenak dulu. Baru sadar skrg konten dari brand yg kupegang terlalu terpaku dalam konten pilar tanpa mikirin apakah kontenya informatif, emotional dan interactive.

    Thank mas Andin

    Reply
    • Andin Rahmana

      Hi Mas Hendi, salam kenal. Terima kasih untuk feedbacknya. Senang bisa membantu.

      Reply
  • Tania

    Nggak sengaja nemu artikel blog ini di Twitter, keren btw! Makasih insight-nya, to-the-point dan mudah dipahami 👌 (kebetulan saya lagi mulai belajar tentang konten media sosial)

    Reply
    • Andin Rahmana

      Hi Tania. Terima kasih sudah berkunjung dan terima kasih juga apresiasinya. Semoga bermanfaat ya.

      Reply

Leave A Comment