Nggak kerasa hari Selasa kemarin mengawali kelas perdana untuk angkatan kelima Digital Marketing yang diadakan Purwadhika Startup School, yang berarti sudah melewati lebih dari 48 pertemuan. Rasanya nggak afdol juga kalau belum pernah nulis di blog ini tentang digital marketingnya sendiri. Karena rasa-rasanya lebih banyak kata-kata spontan di dalam kelas yang bisa bermanfaat buat lebih banyak orang, coba aku tuliskan beberapa disini ya. Kalau mau lebih lengkap jawabannya tentu segera daftar buat kelas periode selanjutnya, hehe.

https://www.instagram.com/p/BgWgFIoFS4k/

Seperti halnya mata kuliah semester 1, pasti akan dimulai dengan dasar-dasar. Kalau dulu pas masih kuliah di komunikasi ada kelas dasar-dasar penulisan dan pengantar ilmu komunikasi. Karena agak aneh kalau diberi nama Pengantar Ilmu Digital Marketing, kayaknya kok lebih catchy kalau kita awali seri ini dengan nama Dasar-Dasar Digital Marketing.

Kenapa perlu untuk tahu dasar-dasar digital marketing? Kalaupun sudah tahu, kenapa harus diingatkan tentang hal ini? Karena banyak yang masih salah kaprah dan memperlakukan digital marketing dan social media didalamnya seperti halnya channel promosi konvensional lainnya (koran, TV, radio, billboard). Yuk kita bahas satu per satu.

  1. TV, koran, brosur dan billboard itu satu arah. Digital marketing berlaku dua arah.

Apa yang terjadi dengan iklan yang kita pasang di TV / radio / koran / brosur / billboard? Kalau bagus atau menggelitik sekali  akan membawa pembaca melakukan apa yang kita mau. Syukur-syukur viral dan dibicarakan banyak orang. Tapi kalau isinya B aja (baca : biasa aja), jadinya ya selewat aja. Promosi cuma jadi megaphone / corong, perpanjangan tangan kita untuk mempromosikan produk kita.

Sementara kalau di digital itu, kita menghadapi orang beneran (real person) di waktu tertentu (real time) yang akan langsung ngasih feedback untuk konten kita. Apalagi di tengah banjir konten seperti di newsfeed kita sekarang ini. Kalau B aja dan bersifat satu arah, narsis sendiri, ya pasti dilewat. Kalau menarik minimal dapat reactions berupa like / love / retweet. Kalau sudah bisa mengajak berkomunikasi, akan dapat balasan berupa comment. Kalau menarik sekali, orang akan dengan sukarela membagikan kembali ke lingkarannya dengan klik share atau repost. Responnya langsung didapatkan seketika saat si audiens mendapatkan kontennya.

Misal : jualan roti. What to say nya sama-sama jualan. Tapi how to say nya yang bisa dimainkan.

Cara lama : Roti kami dibuat dengan bahan-bahan berkualitas, higienis, murah lagi harganya (foto roti).
Cara baru : Hari ini kami mencoba membuat roti lapis isi daging (foto roti). Menurut kamu lebih enak daging ayam atau sapi ya?

Misal lain : jualan furnitur.

Cara lama : bosan dengan furnitur yang gitu-gitu aja? Ganti sekarang, cari di tempat kami aja! (foto sofa)
Cara baru : Lebaran ini ganti suasana rumah yuk. (foto ruang tamu) Dari furnitur yang ada di rumah, apa yang ingin Anda ganti?

Cara mengetes konten yang akan kita posting adalah, kalau kita baca sebagai pembaca, berasa seperti lagi diajak ngobrol nggak? Kalau iya, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita lewati aja, mau like, comment atau share? Saran saya, perbanyak mencari referensi konten untuk menaikkan standar konten yang komunikatif bagi kita seperti apa.

2. Digital marketing = Berbicara dengan manusia

“Memang kenapa kalau saya posting 7x sehari di Facebook? Kan facebook-facebook saya sendiri. Gratis juga mau posting berapa aja. Kan lebih sering lebih baik.”

Masalahnya adalah, apakah saat pedekate dengan calon gebetan semakin sering ngechat itu semakin baik? Jangan lupa bahwa kita ngobrol dengan manusia lainnya, yang juga eneg kalau kita promosi melulu 7x sehari.

Untuk konten yang kita sampaikan di digital marketing dan social media, sebisa mungkin mengutamakan quality over quantity. Bukan lebih banyak, tapi lebih bermakna. Facebook sehari 1-2x posting aja cukup. Twitter bisa agak banyakan lah karena sifatnya ngobrol. Instagram 1-3x masih oke lah. Asalkan yang diposting juga nggak melulu jualan, tapi berkomunikasi dua arah, dengan bahasa yang sama-sama dimengerti.

Bahasa yang kita gunakan juga jangan terlalu formal dan memberi jarak. Jangan tempelkan kalimat dalam brosur kedalam konten digital. Ingat kita sedang ngobrol dengan orang lain. Pakai bahasa yang biasa mereka gunakan juga, kayak lagi ngomong sama teman sendiri. Kalau sudah dapat respon, jangan lupa juga untuk direspon kembali, biar komunikasinya berjalan dua arah.

Cara lama : Tahukah Anda bahwa ayam goreng kami digoreng dengan suhu 450 derajat untuk menjaga kehigienisannya. (foto ayam digoreng)
Cara baru :  Kalau Anda lebih senang paha, dada atau sayap ayam goreng kami? Semuanya sudah dipastikan fresh dan maknyus. (foto satu bucket ayam goreng)
Optional : Kulit ayam goreng kami rela nggak Anda bagi-bagi? Kalau rela, mau bagi ke siapa? (foto ayam goreng)

3. Gunakan channel sesuai fungsinya.

Facebook didesain untuk berbagi cerita berupa foto dengan jumlah yang banyak, video, dan tulisan panjang.
Twitter didesain untuk ngobrol real time, berbagi pandangan dan info breaking news.
Instagram didesain untuk berbagi foto yang berarti dan bernilai keindahan / artistik.

Jadi kurang bijak rasanya kalau bikin 1 konten di Instagram, lalu di cross posting di Twitter dan Facebook juga. Selain nggak maksimal karena peruntukkannya nggak tepat, buat apa follower memfollow tiga-tiganya kalau isinya semua sama aja?

Yang harus diperhatikan, what to say boleh sama, tapi how to say-nya yang harus dioptimalkan untuk setiap channel. Contoh kasus, teman-teman punya warung sate :

Facebook : Sebelum sate kami Anda nikmati, ini perjuangan pengipas sate kami dari Tegal
Twitter : Sate WAR, Anda pilih sate bumbu kecap atau bumbu kacang?
Instagram : Bayangkan bau dari foto sate domba afrika ini. Sudah mulai lapar?
Instagram stories 1 : Sekarang ada 10 tusuk sate (foto sate).
Instagram stories 2 : Sekarang sudah habis. Enak! (foto piring + gif)

Udah cukup lah ya untuk sesi pertama ini, semoga berfaedah dan semakin banyak yang dewasa dalam berdigital marketing ria. Majulah terus industri digital marketing Indonesia. Kalau ada pertanyaan boleh disampaikan di kolom komentar dibawah ini ya.

Selamat malam.
Salam dari Cipinang.

Leave A Comment