Catatan Akhir : Kadang, Kita Harus Dipaksa

Tulisan ketiga puluh satu dalam rangka 31 Hari Menulis.
Nggak terasa, sudah 31 tulisan lahir setiap hari dalam rangka 31 Hari Menulis. Sempat bolong satu hari karena sakit, jadinya dirapel hari ini dua postingan. Tapi dari sini saya belajar, bahwa memang kita harus agak dipaksa. Atau mungkin lebih tepatnya, memaksa diri sendiri.
Dipaksa untuk menulis.
Dipaksa untuk puasa.
Dipaksa untuk bisa masak.
Dipaksa untuk bangun pagi.
Dipaksa untuk sholat tepat waktu.
Dipaksa untuk olahraga.
Dipaksa untuk menyelesaikan skripsi.
Dipaksa untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Dipaksa untuk terus belajar.
Dipaksa untuk teliti.
Dipaksa untuk meluangkan waktu membaca setiap hari.
Dipaksa untuk konsisten posting di media sosial.
Kelihatannya semua poin diatas berat. Tapi karena dipaksa, buktinya bisa-bisa aja menulis konsisten selama 31 hari. Ternyata bisa-bisa aja puasa penuh 30 hari, dan seterusnya.
PR selanjutnya adalah, setelah tidak ada program ini lagi, apakah kita masih bisa memaksa diri untuk sekonsisten itu? Apakah kita bisa melanjutkan konsistensi ini? 7 tahun yang lalu sih, nggak bisa. Setelah 31 Hari Menulis tahun 2013, blog ini posting cuma setahun sekali. Tahun ini, semoga bisa ya. Kita lihat di bulan Juni.
Di digital marketing pun, begitu. Kita kadang harus dipaksa untuk konsisten posting. Dipaksa untuk rajin cek analytics. Dipaksa untuk mengikuti trend baru. Karena kita pasti banyak malesnya daripada rajinnya. Semuanya sebenarnya demi kebaikan kita juga.
Akhirnya, saya mau mengucapkan terima kasih banyak untuk seluruh kerabat kerja 31 Hari Menulis dan seluruh pembaca yang menyempatkan waktunya mampir ke blog yang jauh dari sempurna ini. Semoga kita bisa terus sama-sama belajar dan berkarya secara konsisten.
Akhir kata, tetap semangat dan sampai jumpa!