Tulisan keduabelas dalam rangka 31 Hari Menulis.

Dari tahun 2010 sampai 2016, saya lebih banyak berkutat di level eksekusi. Mau posting apa di Twitter, website harus digimanain, kita bikin Facebook Live ah. Seiring berjalannya waktu, semakin sadar bahwa semua yang disebut barusan itu adalah hasil atau output, dari sebuah pemikiran yang (harusnya) lebih terstruktur.

Nah pemikiran itulah yang harusnya kita di develop duluan, baru outputnya akan menyesuaikan. Jadinya nggak lompat tiba-tiba kita come up dengan ide bikin lomba foto dengan hadiah 10 juta untuk menaikkan followers. Hari ini, yuk kita bahas yang namanya strategi digital marketing.

Rumus cepat Ganesha Operationnya sebagai berikut :
1. Paham situasi saat ini seperti apa
2. Tahu visi kedepan / apa tujuannya
3. Tahu siapa segmen yang ingin disasar
4. Tahu message apa yang ingin disampaikan
5. Tahu touchpoints / channels untuk mewujudkan tujuan
6. Tahu apa yang harus diukur untuk memantau keberhasilan

Alkisah ada Om Stephen King yang legendaris dari JWT, yang mengeluarkan sebuah panduan ultimate berjudul JWT Planning Guide di tahun 1974 yang surprisingly, masih relevan sekarang. Kira-kira bunyinya begini :

Jadi untuk melakukan sebuah perencanaan kedepan, kita harus mulai dulu dari titik kita sekarang ini. Kita pengen punya mobil nih, tapi situasi sekarang penghasilan ada tapi boros. Dengan memahami kondisi saat ini, kita jadi tahu apa yang sudah bagus dan apa yang belum bekerja. Kita juga jadi tahu apakah kita sekarang sudah on track, atau malah nggak tahu ini akan dibawa kemana.

Coba kita ceklist satu-satu dari list berikut :
– Situasi seperti apa yang terjadi saat ini?
– Digital asset kita lengkap dan terupdate nggak?
– Kita sudah paham belum siapa audiens kita?
– Respon masyarakat tentang brand kita saat ini seperti apa sih?

Khusus tentang audiens, ini jelas sangat perlu buat dikulik. Dikutip dari buku Ayah Djito Kasilo, Komunikasi Cinta, ibarat kita mau nembak cewek, kan kita harus tahu dulu karakteristik dia seperti apa, biar apa yang mau kita sampaikan nyambung dan dia suka. Nah jangan-jangan, selama ini kita belum tahu siapa target yang ingin kita sasar, jadi ngasal aja gitu menarget semua orang. Akhirnya pesan nggak sampai, responnya rendah, boro-boro mau menjawab objective.

Kalau kita sudah tahu situasi seperti ini dan audiens yang ingin disasar seperti apa, mari kita introspeksi diri, kenapa ya situasinya sekarang seperti ini. Apakah orangnya kurang, budgetnya kurang, konsistensinya kurang. Ini akan sangat membantu daripada tiba-tiba punya ide yang luar biasa, tanpa mengevaluasi apa yang sudah terjadi belakangan ini. Dari masalah dan learning yang terjadi, bisa jadi rekomendasi kedepannya akan diperbaiki seperti apa.

Ketiga, tentukan visi digitalnya. Kita bisa kemana sih dalam jangka waktu sebutlah 6 bulan kedepan 1 tahun kedepan? Apa yang bisa kita kejar sebenarnya? Awareness? Followers growth? Leads? Atau sales? Angkanya harus jelas.

Dari situ, masuklah ke poin keempat, kita turunkan strategi jadi rencana-rencana kecil yang actionable. Misalnya untuk meningkatkan penjualan asuransi lewat digital, maka kita harus:
– Riset ke lapangan biar lebih kenal sama masalah yang dihadapi audiensnya
– Produksi foto karena engagement foto shutterstock kecil
– Hire admin khusus buat Twitter biar kontennya spontan (uhuy)
– Lebih konsisten posting untuk menjaga engagement rate
– Memperbesar budget iklan di Instagram karena terbukti works
– Bikin variasi materi iklan yang lebih ngena di segmen anak muda
– Memperbaiki website jadi mobile friendly karena selama ini bounce rate tinggi
– Hire influencer dengan cara yang soft selling

Integrasikan semua touchpoint atau channel yang relevan sama target audiens kita. Kalau segmennya berumur 40+ tapi kita target pakai Twitter kok kayaknya nggak cocok ya. Jadi kita tahu rangkaian channel seperti apa yang bisa connect ke audiens kita.

Jangan lupa, masukkan timeline, budget dan measurement.
Timeline silakan disusun aja dalam setahun ada momentum apa saja, dan mana yang harus diprioritaskan.

Januari kita mulai dengan photo production, pararel website.
Maret website selesai, kita boost pakai ads.
Mei kita launching video lebaran. Dst.

Budget sih akan tergantung dari targetnya berapa atau ada uangnya berapa. Dari situ bisa dihitung, kira-kira bisa menghasilkan berapa. Kapan-kapan kita bahas lebih lanjut masalah budget ya.

Dan yang terakhir masalah measurement, kembali lagi ke objective kita tadi.
Kalau awareness berarti hitunglah reach (jangkauan) dan impressionnya.
Kalau click to website berarti hitunglah berapa banyak visit ke website.
Kalau leads berarti hitunglah berapa banyak data yang masuk di aset kita.
Kalau sales ya berarti berapa persentase yang klik – isi leads – sampai ke sales.

Nah, harusnya presentasinya selesai nih sampai disini.
Tinggal di detailin aja semua yang ada diatas.
Karena pada intinya, strategi kan harus menjawab masalah.
Kalau cuma rame aja ya berarti kembali ke level eksekusi, bukan strategi.

Eh tapi btw, kalau punya varian lain dari cara membuat strategi digital marketing selain yang diatas, kita ngobrol yuk di bawah ini. Karena di dunia digital ini, nggak ada yang mutlak benar dan mutlak salah. Kita belajar sama-sama ya.

Selamat menunaikan ibadah puasa.

Leave A Comment