Konten Viral

Sejak mengajar Digital Marketing dari tahun 2017, pertanyaan ini selalu muncul di kelas, apalagi kalau sedang membahas tentang social media atau content marketing. Jawaban saya biasanya, “hanya netizen dan Tuhan yang tahu”. Tapi kemudian saya juga penasaran, untuk melihat alasan ilmiah dan pola dibalik sebuah konten yang viral. Apalagi, semakin banyak klien yang juga meminta dibuatkan konten yang viral. Banyak juga acara televisi sekarang yang berjudul “VIRAL” atau bermakna mirip.

Sebenarnya viral sendiri itu apa sih?

Menurut Cambridge Dictionary, viral berarti :

UK /ˈvaɪə.rəl/ US /ˈvaɪ.rəl/

(1) caused by a virus

(2) used to describe something that quickly becomes very popular or well known by being published on the internet or sent from person to person by email, phone, etc.

Dalam benak saya pertama kali, konten yang viral berarti tersebar secara cepat ke banyak orang dalam periode yang singkat. Kata kuncinya adalah tersebar, yang dilakukan oleh para pengguna media sosial satu ke yang lainnya. Saat mereka menekan tombol share, retweet, repost atau mengcopy link melalui WhatsApp, pasti ada yang melatarbelakangi hal ini.

Akhirnya saya menemukan jawabannya dari beberapa sumber. Meskipun tidak ada formula khusus untuk membuat sesuatu menjadi viral, tapi ada beberapa pola yang bisa dipahami. Yang pertama adalah dari Buku Digital and Social Media Marketing, A Results-Driven Approach terbitan Tiga Serangkai, eh maksudnya terbitan Routledge, yang ditulis oleh Senior Lecturer Digital Marketing di University of Salford, UK.

Buku ini mengutip riset dari Botha and Reyneke (2013) yang menulis bahwa hal yang ada dalam video yang viral adalah :
– Relevansi konten dengan audiensnya.
– Emosi yang kuat dari videonya.

Kalau kita melihat beberapa video yang viral di Indonesia, sudah memenuhi 2 syarat yang ditetapkan oleh Botha dan Reyneke diatas : relevan dan kuat secara emosional.

Beberapa bulan setelahnya saya mengikuti Social Media Week 2019 di Senayan City. Mas Dwi Adriansyah, Twitter Head Indonesia juga sharing tentang 3 hal yang dimiliki konten viral di Twitter.

Jadi, mulai dari mana kita untuk membuat konten yang viral?

  1. Memahami siapa profil audiens yang kita sasar, akan lebih mudah bagi kita membuat konten yang tepat. Hal ini bisa dilakukan dengan survey, diskusi langsung atau FGD.
  2. Mencoba pendekatan baru yang belum pernah ada sebelumnya.
  3. Melakukan testing konten ke segmen kecil, sebelum melempar konten kepada publik yang lebih luas.

Tapi saya percaya, viral tidak didapat dalam satu malam. Perlu trial and error dan percobaan yang berulang-ulang, hingga bertemu konsep yang matang untuk jadi viral. Karena sekali lagi, apakah ini viral atau tidak, hanya netizen dan Tuhan yang tahu.

Selamat mencoba dan berkarya!

2 Comments

    • Andin Rahmana

      Emang paling bisa ya Mas Jordy ini naruh backlink, hahaha.
      Semangat terus Mas!

      Reply

Leave A Comment