Sebagai orang tua baru, pengen rasanya melakukan semua yang terbaik buat Caka secara kaffah, baik dan benar. Tapi apa daya, kadang kita juga harus fleksibel terhadap realita dan bilang “yaudah gapapa”.

Beberapa hal akhirnya memang harus menyesuaikan keadaan. Tadinya mau nggak pakai dot sama sekali, tapi karena puting ibunya lecet dan memang harus ditinggal, jadi yaudah gapapa. Tadinya mau ngajarin anaknya main yang bener, eh Caka nya bersikeras mainan wiper dan naik ke pangkuan bapaknya pas nyetir mobil. Yaudah gapapa. Tadinya mau ngasih MP-ASI yang benar-benar organik, penuh nutrisi bergizi dan masak sendiri. Eh anaknya nggak doyan. Nggak mau makan sama sekali. Akhirnya dikasih bubur instan dan lahap. Yaudah gapapa.

Belajar nyetir bersama Ayah.

Termasuk masalah paparan layar buat Caka. Sebagai ayah digital yang paham betul bahwa sebaiknya anak nggak dapat paparan layar handphone, komputer dan TV sama sekali sampai umur 2 tahun. Tapi sekeras apapun mencoba, akhirnya yaudah gapapa, asal porsinya dibatasi dan nggak dalam jangka waktu yang lama setiap hari.

Godaan terbesar pertama adalah menenangkan di kondisi darurat. Saat ibunya harus pergi buat praktek, saat mengalihkan perhatian daripada dia mainan kabel listrik atau kosmetik ibunya. Tapi ini kadang diakali dengan pakai speaker bluetooth, jadi dengerin aja musiknya, hapenya disembunyiin. Untuk beberapa kasus berhasil, beberapa lagi tetep harus dipegang anaknya.

Mengenal wanita dari kosmetiknya.

Godaan selanjutnya adalah video call dengan kakek neneknya yang rumahnya jauh, atau sama bapaknya di kantor. Dalam seminggu mungkin bisa 3-4x. Tadinya Caka ngeliatin aja dan lebih pasif, lama-lama penasaran juga benda apa ini, yang bisa ada gambar bergerak-gerak dan ada suaranya menyapa-nyapa heboh. Ibunya Caka sering cerita, kalau siang, Caka megang handphone terus bilang “Ayah ayah”, akhirnya jadilah video call juga sama bapaknya.

Halo Ayah?

Yang terakhir dan nggak bisa dihindarkan sama sekali adalah TV, sumber hiburan utama primer bapak ibunya selama ngasuh anaknya. Untungnya meskipun beberapa kali suka lihat TV, seringnya Caka nggak bertahan lama dan milih mainan beneran, seperti tutup buka pintu kamar, mainan kipas angin, atau latihan berdiri di depan kulkas.

Mending ngaji, ya kan?

Pada akhirnya, memang layar nggak bisa benar-benar dihindarkan dari Caka. Yang bisa adalah mengatur screen time Caraka, biar nggak berlebihan dan nggak ketagihan harus mainan handphone. Goalsku bukan lagi nggak boleh main handphone atau nonton TV, tapi si anak jangan sampai ketergantungan sama hp / gadget. Sedih rasanya kalau lihat anak di mall, mungkin umurnya 1-2 tahun, hpnya dipegangin dan dilihatin serius didalem stroller.

Karena nggak ada yang sempurna dalam hidup. Bener kan? Eh apa salah?

Leave A Comment