Selamat datang di Jakarta!
Kalimat ini datang jam 05.25 waktu setempat, dari mas-mas yang semprot-semprot sambil bersih-bersih lantai di gerbong kereta. Dan kota ini kedatangan satu pendatang baru. Nggak lama-lama kok, cuma dua bulan :p
Banyak yang bilang, ibu kota itu keras. Ibu kota itu kejam, bengis, dan lebih jahat dari ibu tiri apalagi ibu pertiwi. Tapi 3 minggu disini menunjukkan, itu tergantung dari sisi mana kita melihatnya aja.
Kalau buatku, ibu kota itu baik. Seperti ibu yang seharusnya, ibu kota mengajarkan “anak-anaknya” bagaimana untuk hidup yang sebenar-benarnya hidup, gerak cepat dan berpikir cepat, bersabar, dan juga hidup sehat.
Kok bisa sehat? 3 minggu disini bikin aku jadi tahu, kenapa di Jogja aku makin lebar. Jawabannya adalah, karena nggak ada geraknya, dan makanan murah. Pagi berangkat ngantor naik motor, di kantor cuma duduk, terus makan siang. Dari kantor ke kampus, naik motor lagi. Sampai kampus, kelas, jajan di kantin, pulang naik motor lagi berangkat rapat. Mau makan malam, naik motor lagi. Terus sampai rumah, tidur. Kadang nyemil dikit. Dan diulang seterusnya di hari selanjutnya.
Sementara di Jakarta ini, karena nggak ada kendaraan, kemana-mana harus jalan. Air botolan habis, harus jalan ke Circle K. Mau nongkrong di Plaza Semanggi / Senayan City? Jalan kaki dulu dari kos keluar ke jalan besar, naik jembatan busway, umpel-umpelan di busway, turun di hatle yang dituju, jalan keluar jembatan, dan jalan menuju mallnya. Tapi untungnya, pedestrian mendukung.
Oh iya, makanan juga mahal, jadi kalau di Jogja 15 ribu bisa dibuat 2x makan nasi ayam + es teh dan kenyang, disini cuma bisa sekali, tanpa nggak pake minum. Jadi mau nggak mau, ya frekuensi makan yang tadinya bisa sampai 4x sehari, jadi maksimal 2x sehari atas alasan keterbatasan dana.
Selain sehat karena banyak jalan, untuk mengurangi frekuensi makan dan biar tetep kenyang, solusinya adalah minum air putih yang banyak. Perut tetap kenyang, tapi frekuensi makan yang tadinya harusnya 3x sehari, jadi tinggal 1x sehari. Hemat beb!
Untungnya, kantor tempat magang juga mendukung gerakan Jakarta Sehat ini. Nggak ada makan siang seperti kantor di Jogja, tapi ada freeflow buah-buahan, Ultra Milk dan Buavita. Nggak usah makan, tapi minum sak mendem-mu! (semabuknya).
Sehat disini nggak cuma lahir lho, tapi juga batin. Kesabaran dilatih dalam bentuk umpel-umpelan naik busway, macetnya, dan lain sebagainya. Kedekatan dengan Tuhan juga makin bertambah, karena kalau pulang malem dan jalanan sepi, jalannya jadi lebih cepet sambil dzikir. Insya Allah selamat.
Alhamdulillah ya..
Foto disadur dari : http://jobfestival.wordpress.com/